GoodBye MY DREAM
Hai namaku Sarah.
Aku bersekolah di SMP Dirgantara Nusa 2. Aku berumur 14 tahun. Aku lahir di
Bandung, 6 Maret 1999. Namun aku tinggal di Kota Malang, karena pilihan ibuku. Awalnya
ayahku bekerja di Surabaya pada tahun 2000, Namun kemudian ayahku pindah ke Bali dan ibu ku memutuskan untuk tidak mengikuti ayahku ke Bali dan
memilih tinggal di Malang. Sejak saat itu hingga sekarang aku tinggal di Malang
tepatnya di Jalan Soedirman 2 No. 39.
Awalnya saat aku
masuk SMP Dirgantara Nusa 2, aku biasa-biasa saja, tidak merasa bosan
ataupun
nyaman. Karena aku menganggap sekolah itu sekolah standart tidak seperti SMP
Bina Bakti 3 yang ku anggap sebagai sekolah favorit di Kotaku. Seiring berjalannya
waktu aku belum menemukan dimana titik nyaman ku berada. Terkadang aku merasa
bosan ada disana, apalagi saat kelas 7. Aku pernah marah-marah di depan
teman-teman ku hanya karena masalah sepele, aku masih ingat itu. Kurasa kelas 7
adalah saat-saat dimana kebosananku memuncak. Kemudian saat ada pengumuman jika
kenaikan kelas di Rolling dan akan ada kelas unggulan, aku sepertinya menemukan
harus dimana aku agar aku merasa nyaman. Akhirnya 1 minggu sebelum UAS aku
belajar dengan rajin agar aku bisa masuk di kelas yang katanya Unggulan itu. Tak
terasa waktu pengumuman kenaikan kelas dan pembagian kelas pun terjadi. Aku sangat
bersyukur saat itu karena usaha ku tak sia-sia, aku bisa masuk kelas yang aku
inginkan, sebenarnya aku tak menyangka hal ini akan terjadi mengingat karena
saat awal kelas 7 semester 1 aku mengalami kegagalan, banyak nilaiku yang
tercapai namun tidak banyak yang terlampaui. Dan dari itulah aku belajar, Ya
dari kesalahan yang aku buat sendiri.
Di kelas 8 ternyata
aku menemukan kenyamanku, karena aku telah menggenggam mimpiku. Dan di kelas 8
aku menemukan sahabat-sahabat yang kurasa nyaman. Aku mulai bahagia disana. Aku
mulai menemukan kenyamanan dan titik-titik kebosananku perlahan hilang. 1 Semester
pun berlalu, tak kuduga ternyata saat itu aku telah menemukan mimpiku selama
ini, mimpiku yang belum aku temukan sama sekali saat pertama masuk SMP
Dirgantara Nusa 2. Aku sangat bahagia. Aku menganggap Tuhan telah menunjukkan
kepadaku bahwa sesungguhnya aku punya mimpi disana. Ya sebagaimana orang yang
punya mimpi aku harus bisa meraihnya harus bisa memandang mimpi itu. Tapi aku
tidak berani memandang mimpi itu terlalu dalam. Karena aku tahu mimpi itu akan
hilang sesudah aku lulus SMP. Tak terasa sebentar lagi kenaikan kelas 9 aku
ingin masih memandang dan menggenggam serta mengukir mimpi itu lagi, aku hanya
bisa berdo’a kepada Tuhan dan terus berusaha agar aku masih bisa menggenggam
mimpi itu lagi.
Kelas 9 pun sekarang
kujejaki. Nikmat dari Tuhan telah membuatku makin merasa nyaman di kelas 9 dan
hal yang aku impikan akhirnya terkabul. Dikala aku kelas 9 aku masih
menggenggam dan mengukir dalam-dalam mimpiku itu. Namun aku tidak berani
mengungkapkan semua yang ada di hatiku, mengungkapkan sesuatu yang sebenarnya
aku ingin ungkapkan kepada Sang mimpi agar aku bisa meraihnya, Di kelas 9
kurasa mimpiku ini makin tinggi dan aku merasa sulit untuk menggenggamnya lagi.
Seolah-olah tangan ini yang awalnya menggenggam erat perlahan genggaman itu
melemah. Aku hanya bisa diam karena aku tahu aku tidak bisa berbuat apa-apa
lagi, karena aku sadar aku tidak bisa mengatur kemana mimpiku harus pergi.
Ternyata apa yang aku rasakan benar-benar terjadi Ya.. mimpi itu semakin
meninggi semakin banyak yang menginginkan mimipi itu yang awalnya ku kira aku
saja yang ingin meraihnya, namun ternyata banyak yang ingin meraihnya
sampai-sampai banyak juga yang rela mengejarnya. Sekarang aku putus contact
dengan mimpi ku, aku tak menggenggamnya lemah lagi, namun sekarang aku benar benar
melepaskannya, melepaskan dia dikejar-kejar oleh orang-orang yang ingin
mencapainya selain aku. Aku hanya bisa melihatnya. Tak lebih dari sekedar
melihatnya melayang-layang di udara. Dan disaat itulah aku hanya bisa menjalani
semuanya seperti air yang mengalir. Lambat laun ternyata mimpiku makin
dikejar-kejar oleh banyak orang, mimpiku makin meninggi. Dan sekarang mimpi itu
yang awalnya kuanggap MIMPIKU kini berubah menjadi mimpi banyak orang disana
hingga aku tak berani lagi menyebut mimpi itu dengan sebutan mimpiku. Semakin
kelas 9 akan berakhir semakin tinggi pula mimpi itu sampai-sampai aku sendiri
tak bisa melihat lagi kemana dia pergi. Aku merasa kecewa, aku yang telah
menunggu mimpi itu lama namun dia perlahan menghilang dari hidupku.
Tak terasa kelas 9
telah mendekati Ujian Nasional dan mimpi ku itu semakin menjadi-jadi sepertinya
mimpiku telah menemukan mimpinya sendiri. Ya mimpiku telah menemukan mimpinya,
sekarang dia telah melupakan aku, melupakan orang yang menggenggamnya erat-erat
TANPA DIA KETAHUI. Aku sadar sebentar lagi aku akan melaksanakan Ujian Nasional
makanya aku membuat hatiku agar sedikit tegar, agar sedikit merasa Nyaman
kembali. Ya aku bisa melakukannya. Saat UN itu untungnya aku tak melihat
mimpiku itu melayang-layang lagi di benakku meskipun mimpi itu masih membekas
dihatiku. Alhasil aku bisa melaksanakan UN dengan baik dan mendapatkan hasil
yang sedikit membanggakanku. Aku sangat bahagia dengan hasil UN ku
sampai-sampai aku saja hampir lupa bila sebenarnya aku punya 1 mimpi. Aku punya
1 mimpi yang pernah kuintai.
Akhirnya disaat-saat
terakhirku di SMP Dirgantara Nusa 2 Tuhan memberiku hadiah menurutku yaitu aku
diberi kesempatan oleh Tuhan agar aku bisa memandang mimpiku yang telah lepas
itu untuk terakhir kalinya. Ya benar aku diberi kesempatan dekat dengan mimpiku
namun aku tak bisa bicara seperti dulu lagi dengan mimpiku, aku hanya bisa
memandang mimpiku yang akan hilang. Hati ini merasakan tak tenang saat ada
dihadapan mimpiku, hati ini merasa terombang-abing saat didekat mimpiku. Aku tahu
aku tak bisa apa-apa saat itu aku hanya bisa memandang dan menatap mimpi itu,
meski aku tahu mimpi itu telah memiliki mimpinya sendiri dan itu bukan aku. Dan
aku masih mengingat dalam-dalam bahwa “MIMPI INI HANYA ADA SAAT AKU DUDUK DI
BANGKU SMP” Dan saat ini aku akan meninggalkan bangku SMP, mimpiku sebentar
lagi hilang, mimpi itu telah membawaku ke fanstasy yang sangat luas
sampai-sampai aku tidak melihat lagi lari kemana mimpi itu. Mimpi, aku
beruntung bisa menunggumu, meskipun itu menunggu yang sia-sia, aku sadar aku
menunggumu HANYA 2 tahun. Sekarang Sang mimpi pun memiliki mimpinya sendiri.
Sang mimpi telah terbang jauh dan merasa bahagia sekarang. Mimpi yang dulu
begitu indah sekarang pergi entah kemana. Terima kasih telah memberiku mimpi
indah, namun nyatanya tak seindah mimpi. Mimpi indah, aku tahu kau tak lagi
menoleh kearahku. Terbanglah bersama mimpi mu sendiri Sang mimpi. Although, I’m
fell so Hrt :”). Sekarang kau benar-benar hilang dan aku tak tahu kau pergi
kemana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar