Surat AL-INSYIRAH
Surat al-Insyirah adalah surah ke-94 dalam
al-Qur'an. Surah ini terdiri atas 8 ayat dan termasuk golongan surah-surah
Makkiyah serta diturunkan sesudah surah Ad-Duha. Surah Al-Insyirah juga
berhubungan dengan surah At-Tin, yaitu Dalam surat Alam Nasyrah, Allah SWT
menjelaskan perintah kepada Nabi Muhammad SAW selaku manusia sempurna.
Maka dalam surat At Tiin, diterangkan bahwa manusia itu adalah makhluk Allah yang mempunyai kesanggupan baik lahir maupun batin. Kesanggupannya itu menjadi kenyataan bilamana mereka mengikuti jejak Nabi Muhammad SAW.Turun sebelum Nabi Muhammad berhijrah ke Madinah. Al-Insyirah artinya kelapangan dada. Surat ini juga dinamakan dengan al-Syarh. Ada juga yang menyebutnya surat Alam Nasyrah. Semua nama tersebut merujuk ke ayat pertamanya.
Maka dalam surat At Tiin, diterangkan bahwa manusia itu adalah makhluk Allah yang mempunyai kesanggupan baik lahir maupun batin. Kesanggupannya itu menjadi kenyataan bilamana mereka mengikuti jejak Nabi Muhammad SAW.Turun sebelum Nabi Muhammad berhijrah ke Madinah. Al-Insyirah artinya kelapangan dada. Surat ini juga dinamakan dengan al-Syarh. Ada juga yang menyebutnya surat Alam Nasyrah. Semua nama tersebut merujuk ke ayat pertamanya.
Surat
al-Insyirah adalah wahyu yang ke-12 yang diterima Nabi Muhammad Saw. Ia turun
sesudah surat ad-Duha dan sebelum al-‘Ashr. Ia terdiri dari 8 ayat.
Menjelang
turunnya surah ad-Dhuha, Rasulullah Saw sangat gelisah dan bimbang, karena lama
tidak mendapatkan wahyu lagi dari Allah. Sedangkan ketika turunnya surat ini,
kegelisahan dan kekhawatiran tersebut telah hilang. Beliau merasakan kelapangan
dada dan jiwa yang tenang. Oleh karena itu pada awal surat ini Allah
mengingatkan beliau tentang anugerah tersebut.
Isi
kandungan surat ini berkaitan dengan akhir surat sebelumnya, ad-Duha. Yaitu
perintah untuk menyampaikan dan menunjukkan nikmat-nikmat Allah kepada Nabi
Muhammad Saw. Diantara nikmat itu adalah wahyu yang selama ini telah beliau
terima. Dalam surat ini beliau diingatkan agar terus menyampaikan
dakwahnya, walaupun penyampaian itu
berat dan mendapat penolakan oleh banyak manusia. Beliau tidak perlu khawatir
dan berkecil hati, karena Allah akan selalu bersama beliau.
Allah
tidak akan pernah meninggalkan nabi-Nya. Buktinya adalah Dia telah melapangkan
dada (hati) beliau sehingga mendapatkan ketenangan. Kelapangan dada inilah yang
menyebabkan Nabi saw mampu menerima dan menemukan kebenaran, hikmah dan
kebijaksanaan. Serta dapat memberikan maaf atas kesalahan dan gangguan dari
orang lain.
Bukti
kedua, Allah telah menghilangkan beban berat yang harus beliau pikul.
Diantaranya adalah :
a.
wafatnya
istri beliau, Khadijah ra. dan paman beliau, Abu Thalib
b.
beban berat
saat menerima wahyu
c.
beban
psikologis (mental) akibat keadaan umat yang beliau yakini berada dalam jurang
kebinasaan, tapi belum tahu jalan keluar yang tepat.
Menghadapi kondisi Nabi Saw yang seperti ini, Allah
kemudian menghibur beliau dengan berfirman : “Dan Kami tinggikan bagimu
sebutan (nama)mu”. Nama beliau disebut dalam dua kalimat syahadat dan
adzan. Disamping itu Allah juga memerintahkan kaum muslimin agar bershalawat
dan mentaati perintah beliau. Mentaati beliau juga berarti mentaati Allah,
sebagaimana firman-Nya :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ
تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ
تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
(59)
Artinya :
“Hai
orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil
amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu,
maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunahnya), jika kamu
benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih
utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. An-Nisa [4] : 59)
Ini
semua Allah sebutkan untuk memompa semangat beliau. Allah juga mengingatkan
bahwa beliau adalah manusia paling mulia di hadapan-Nya. Sehingga tidak perlu
khawatir dan kecil hati. Serta tidak perlu untuk berputus asa, karena setiap
kesulitan pasti jalan keluarnya.
Selanjutnya,
Allah tunjukkan bukti kebenaran firman-Nya kepada beliau. yaitu keberhasilan
beliau dalam berdakwah di masa-masa awal. Pada awalnya beliau sendirian,
ditantang dan dianiaya oleh kaum kafir Mekah. Sampai-sampai beliau dan
keluarganya diboikot, tidak boleh berjual beli, bicara, kawin dan berbicara
selama tiga tahun lamanya. Tapi akhirnya tiba juga kelapangan dan jalan
keluarnya. Hal ini seakan menyatakan bahwa kelapangan dada, keringanan beban
yang dirasakan dan keharuman nama Nabi Saw karena sebelumnya beliau telah
mengalami puncak kesulitan. Namun beliau tetap tabah dan optimis. Sehingga
berlaku sunnatullah “Apabila kesulitan telah mencapai puncaknya maka pasti akan
sirna dan disusul dengan kemudahan.”
Namun
semua kemudahan tersebut tidak akan dapat dicapai bila tidak dibarengi dengan
kesungguhan dalam berusaha. Disamping kesungguhan dalam berusaha, juga harus
dibarengi dengan pengharapan (doa) kepada Allah Swt. Sesuai dengan sebuah
ungkapan “Ora et Labora” (berdoa dan berusaha). Sebagaimana firman Allah
:
... ذَلِكُمْ يُوعَظُ بِهِ مَنْ
كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ
لَهُ مَخْرَجًا (2) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ
عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ
اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا (3)
Artinya :
“....
Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan
hari akhirat. Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan
mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada
disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah
akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang
dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap
sesuatu.” (QS. At-Thalaq [65] : 2-3)
v ISI DAN ARTI
SURAT AL-INSYIRAH
ARTINYA :
Dengan menyebut nama Allah, Yang Maha Pemurah, lagi
Maha Pengasih.
- Bukankah Kami telah melapangkan bagimu: Dadamu (wahai Muhammad serta mengisinya dengan iman dan hidayat petunjuk)?
- Dan Kami telah meringankan daripadamu: Bebanmu (menyiarkan Islam);
- Yang memberati tanggunganmu, (dengan memberikan berbagai kemudahan dalam melaksanakannya)?
- Dan Kami telah meninggikan bagimu: Sebutan namamu (dengan mengurniakan pangkat Nabi dan berbagai kemuliaan)?
- Oleh itu, maka (tetapkanlah kepercayaanmu) bahawa sesungguhnya tiap-tiap kesukaran disertai kemudahan,
- (Sekali lagi ditegaskan): Bahawa sesungguhnya tiap-tiap kesukaran disertai kemudahan.
- Kemudian apabila engkau telah selesai (daripada sesuatu amal soleh), maka bersungguh-sungguhlah engkau berusaha (mengerjakan amal soleh yang lain),
- Dan kepada Tuhanmu sahaja hendaklah engkau memohon (apa yang engkau gemar dan ingini).
v SURAH
AL-INSYIRAH BESERTA KETERANGANNYA
بِِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ
الرَّحِيمِ
Dengan Nama
Allah, Maha Pengasih, Maha Penyayang.
Surah ini
berkaitan erat dengan surah sebelumnya, dan sebagian mufasir menganggapnya
sebagai sambungan langsung dari Surah al-Dhuha. Bagaimana pun juga,
surah ini ditujukan kepada Nabi dan diperluas kepada semua orang yang mengikuti
jejak langkah Nabi.
أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ
1. Bukankah
Kami telah melapangkan dadamu untukmu?
Syaraha berarti 'membukakan, menyingkapkan,
menjelaskan, menerangkan atau menampakkan,' dan 'melapangkan'. Syaraha
juga berarti 'memotong'. Dalam dunia bedah, kata tasyrih berarti
pemotongan.
Shadara berarti 'kembali dari pengairan,
melanjutkan, memancar, keluar', dan shadr adalah 'dada, payudara atau
peti'. Jika seseorang mengatakan ia ingin 'mengambil sesuatu dari dadanya',
maka sesuatu ini, tentu saja, bukan obyek fisik. Melainkan, sesuatu yang sudah
ia kenakan sendiri pada dirinya, sehingga ia merasa terhimpit atau terbebani,
seolah-olah ia tidak bisa lagi bernapas dengan bebas. Dengan melepaskan diri dari
beban ini, dengan 'melapangkan' diri, maka yang jauh menjadi dekat dan yang
sulit menjadi mudah.
Syarh (uraian terperinci, penjelasan)
yang utama adalah berupa pengetahuan, penyaksian langsung bahwa yang ada
hanyalah Allah. Itulah syarh yang terakhir; tidak ada apa-apa di luar
itu. Tidak ada kelegaan di luar penyaksian langsung.
Meskipun
ayat ini ditujukan kepada Nabi, namun ia berlaku kepada semua orang. Beban
kebodohan digantikan dengan beban kenabian, tapi beban tersebut menjadi ringan
karena berbagai rahasia alam semesta telah diungkapkan kepadanya.
وَوَضَعْنَا عَنكَ وِزْرَكَ
2. Dan
mengangkat bebanmu dari (pundak)mu,
Wazara, akar dari wizr (beban,
muatan berat), adalah 'memikul atau menanggung (suatu beban)'. Dari kata
tersebut muncul kata wazir artinya 'menteri, wakil, konselor', yakni,
seseorang yang membantu penguasa atau raja untuk memikul beban negara. Maksud
ayat ini adalah bahwa kita dibebaskan dari tanggung jawab apa pun selain
daripada sebagai hamba Pencipta kita. Jika kita sungguh-sungguh memahami
penghambaan, maka kita tidak lagi terbebani seperti sebelumnya tapi kita malah
hanya melaksanakan tanggung jawab dan kewajiban kepada Allah, tanpa menambah
beban lagi kepada diri kita.
الَّذِي أَنْقَضَ ظَهْرَكَ
3. Yang
telah memberatkan punggungmu?
Lagi-lagi
ini merupakan penjelasan metaforis. Ada di antara kita yang nampaknya memikul
beban berat, meskipun, sebenarnya, tidak ada beban yang bersifat permanen. Jika
kita selalu ingat akan Allah (zikrullah), sadar bahwa pada suatu saat napas
kita bisa berhenti, dan bahwa kita akan segera kembali menjadi debu, maka kita
pun akan sadar bahwa yang dapat kita lakukan saat ini hanyalah menghamba dan
berusaha berbuat sebaik-baiknya. Tidak ada yang harus kita lakukan selain dari
itu. Secara tidak sengaja mungkin kita telah mengundang kesulitan di dunia ini,
namun kesulitan dunia ini tetap akan datang dan menemukan kita. Jika kita tidak
memperdulikan orang fi sabilillah (di jalan Allah), jika kita tidak
membantu orang, melayani dan membimbing mereka, maka berbagai kesulitan akan
menimpa kita.
وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَ
4. Dan
meninggikan untukmu sebutan kamu?
Ini
berkenaan dengan zikir lahiriah Nabi. Kita tidak bisa melakukan zikir lahiriah
yang lebih tinggi dari Nama Allah. Zikir batiniah Nabi merupakan kesadaran
beliau yang tak henti-henti, berkesinambungan, dan tidak terputus terhadap
Penciptanya. Zikir Nabi terhadap Penciptanya memiliki kedudukan paling tinggi
karena di antara ciptaan Allah beliaulah yang paling dekat kepada-Nya.
Ketika Nabi
berzikir, zikimya diangkat lebih tinggi sehingga zikir Nabi berada di urutan
paling tinggi; kehidupannya sendiri merupakan zikrullah.
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
5. Karena
sesungguhnya bersama setiap kesulitan ada kemudahan,
إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
6. Sesungguhnya
bersama setiap kesulitan ada kemudahan.
Dua ayat ini
memberikan penjelasan khusus mengenai 'sang' kesulitan, yakni 'bersama
kesulitan ada kemudahan', yang menunjukkan bahwa hanya ada satu kesulitan. Ini
berarti bahwa pada setiap kesulitan ada dua kemudahan atau solusi. Solusi
pertama adalah bahwa kesulitan akan berlalu: ia tidak bisa berlalu dengan
sendirinya, tapi akhirnya ia akan berlalu karena lambat laun kita pergi darinya
melalui kematian. Solusi kedua adalah bagi pencari sejati; solusinya terletak
dalam pengetahuan tentang proses awal terjadinya kesulitan kemudian melihat
kesempumaan di dalamnya.
Umpamanya,
seseorang bisa saja melakukan kesalahan dengan memasuki areal proyek
pembangunan yang berbahaya sehingga kepalanya tertimpa sesuatu. Ia mungkin saja
tidak menyadari berbagai faktor yang terkait dengan kecelakaannya, apakah orang
lain bermaksud mencelakakannya atau tidak, tapi yang jelas ia akan mengalami
musibah itu. Begitu ia mengetahui bagaimana musibah itu terjadi, betapa
sempurna kejadiannya! Kepalanya akan terluka, tapi itu pun akan sembuh: itu
adalah kemudahan lain. Bersamaan dengan sulitnya merasakan pemisahan muncul
pertolongan untuk mengetahui bahwa kita berhubungan.
فَإِذَا فَرَغْتَ فَانصَبْ
7. Maka jika
engkau sudah bebas, tetaplah tabah bekerja keras!
Makna syari’
(lahiriah) dari ayat ini adalah bahwa begitu kita selesai berurusan dengan
dunia dan dengan segala tanggung jawab kita di dalamnya, hendaknya kita
bersiap-siap untuk mencari pengetahuan langsung tentang Realitas Ilahi. Menurut
penafsiran golongan ahl al-Bayt tentang ayat ini, bila kita selesai
menunaikan salat-salat formal kita, maka hendaknya kita melanjutkan ke tahap
berikutnya, yakni begadang sepanjang malam melaksanakan salat lagi, zikir dan
belajar. Bila kita sudah menyelesaikan segala kewajiban kita terhadap
penciptaan dan terhadap Pencipta kita, maka hendaknya kita berbuat lebih, dan
mencurahkan diri kita sepenuhnya. Perjuangan dan upaya batin ini adalah makna
harfiah dari kata jihad, yang hanya dalam peristiwa tertentu saja
menjadi 'perang suci'.
وَإِلَى رَبِّكَ فَارْغَبْ
8. Dan
jadikanlah Tuhanmu sebagai tujuan [kerinduan] engkau semata!
Ketika kita
mempraktikkan hasrat keingintahuan kita, bila kita menginginkan pengetahuan,
maka kita akan menjadi pengetahuan, persis sebagaimana kita mempraktikkan
kemarahan, maka kita pun akan menjadi kemarahan. Begitu kita meletakkan
dasar-dasar yang perlu untuk menunaikan segala kewajiban kita, maka kita pun
sah untuk menjadikan Allah sebagai satu-satunya tujuan kita. Bagaimana pun,
menunaikan kewajiban kita terlebih dahulu adalah penting, karena, kalau tidak
kita akan melaksanakan keinginan untuk melarikan diri.
Kesimpulan:
Berikut ini isi pesan dan ajaran dari surat Al
Insyirah tersebut, yaitu :
1.
Allah SWT mengingatkan kepada manusia bahwa Dia telah
memberikan nikmat yang jumlahnya tiada terhitung. Hanya saja kebanyakan manusia
tidak menyadari atau lupa ketika mendapat nikmat. Sebaliknya, kalau mendapatkan
sedikit kesulitan saja atau masalah dia pasti menyadarinya, bahkan tak
henti-hentinya mengeluh. Tahukah kamu bahwa ketika sedang mengeluh kita lupa
bahwa seakan-akan kita tak pernah mendapatkan nikmat.
2.
Setiap masalah pasti ada penyelesaiannya, setiap
kesulitan tentu ada jalan keluarnya. Oleh karenanya kita diperintahkan untuk
terus berusaha mencari jalan keluar yang paling baik ketika mendapatkan
masalah. Kita dilarang berputus asa, misalnya ketika ada masalah malah
melakukan tindakan yang menyakiti diri sendiri seperti merokok, mengkonsumsi
narkoba sebagai pelampiasan masalah, atau bahkan sampai bunuh diri. Hal ini
tidak menyelesaikan masalah, malahan menambah masalah. Bagaimana cara terbaik
yang harus dilakukan? Caranya adalah dengan berzikir, beribadah, introspeksi
diri, apa yang masih kurang, mohon ampun kepada Allah SWT danmemohon agar
segera ditunjukkan jalan keluarnya.
3.
Ketika telah
selesai menyelesaikan suatu pekerjaan, maka dengan segera lakukanlah pekerjaan
yang lain. Hal ini mengisyaratkan bahwa kita diperintahkan untuk menjadi umat
yang rajin bekerja dan kreatif, tidak menjadi umat yang pemalas. Contoh orang
yang malas adalah baru mau bekerja kalau sudah tidak mempunyai uang. Sikap
mental semacam ini tidak dikehendaki oleh Allah SWT. Kita diperintahkan untuk
bekerja keras, tekun, gigih, dan ulet, sehinga tidak hidup kekurangan, bahkan
kalau bisa membantu orang lain.
4. Sukses atau
tidaknya suatu pekerjaan ditentukan oleh sejauh mana semangat seseorang dalam
berusaha. Selain itu kita juga diperintahkan untuk berserah diri kepada Allah,
karena Dialah Yang Maha Kuasa dan menentukan segalanya. Jangan cepat puas dan
menyombongkan diri ketika sukses, dan jangan cepat menyerah ketika menemui
kendala. Sebaliknya, kita diajarkan untuk bersyukur ketika sukses, dan tetap
sabar ketika menemui rintangan.
HADITS TENTANG
KEBERSIHAN
1. Membaca
Hadis Tentang Kebersihan.
Agar
kemampuan membaca siswa dapat meningkat dan lebih merata dalam satu kelas, maka
dalam kegiatan membaca hadits ini dilakukan dengan metode tutor sebaya dengan
tata cara sebagai berikut :
Hadits 1
Artinya : “Diriwayatkan
dari Sa’ad bin Abi Waqas dari bapaknya, dari Rasulullah saw. : Sesungguhnya
Allah SWT itu suci yang menyukai hal-hal yang suci, Dia Maha Bersih yang
menyukai kebersihan, Dia Mahamulia yang menyukai kemuliaan, Dia Maha Indah yang
menyukai keindahan, karena itu bersihkanlah tempat-tempatmu” (HR. Tirmizi)”
Hadits 2
Artinya : “Diriwayatkan
dari Malik Al Asy’ari dia berkata, Rasulullah saw. bersabda : Kebersihan adalah
sebagian dari iman dan bacaan hamdalah dapat memenuhi mizan (timbangan), dan
bacaan subhanallahi walhamdulillah memenuhi kolong langit dan bumi, dan shalat
adalah cahaya dan shadaqah adalah pelita, dan sabar adalah sinar, dan Al Quran
adalah pedoman bagimu.” (HR. Muslim)”
Hadits 3
Artinya :
“Diriwayatkan Abu Hurairah r.a. dia berkata : Rasulullah saw bersabda : Jika
aku tidak menjadikan berat umatku, maka sungguh aku perintahkan bersiwak
(menggosok gigi) setiap hendak shalat”. (HR Bukhari)
2.
Mengartikan Hadis tentang kebersihan
Hadits 1
Hadits 2
Hadits 3
3. Memahami
Isi/Kandungan hadits tentang kebersihan
Kebersihan
membawa banyak manfaat bagi kehidupan manusia. Sebaliknya, kotor dan jorok akan
membawa banyak akibat buruk dalam kehidupan. Orang yang dapat menjaga
kebersihan badan, pakaian, dan tempat (lingkungannya) akan dapat merasakan
hidup nyaman. Sebaliknya, kalau orang menganggap remeh masalah kebersihan, maka
akan merasa terganggu baik oleh penyakit maupun akibat buruk lain seperti
polusi udara, pencemaran air dan banjir. Bagaimana arahan dari ajaran Islam
tentang masalah kebersihan ? Rasulullah saw melalui berbagai haditsnya
mengajarkan agar umat Islam menjadi pelopor dalam hal menjaga kebersihan. Baik
kebersihan badan, pakaian, maupun lingkungan. Tiga hadis di atas merupakan
sebagian dari hadis-hadis Rasulullah saw yang menyoroti masalah kebersihan.
Berikut ini merupakan kandungan hadis-hadis Rasulullah saw tersebut :
Hadits 1 :
1.
Kebersihan, kesucian, dan keindahan merupakan sesuatu yang disukai oleh Allah
SWT. Jika kita melakukan sesuatu yang disukai oleh Allah SWT, tentu mendapatkan
nilai di hadapan-Nya, yakni berpahala. Dengan kata lain, Kotor, jorok, sampah
berserakan, lingkungan yang semrawut dan tidak indah itu tidak disukai oleh
Allah SWT. Sebagai hamba yang taat, tentu kita terdorong untuk melakukan
hal-hal yang disukai oleh Allah SWT.
2. Untuk
mewujudkan kebersihan dan keindahan tersebut dapat dimulai dari diri kita sendiri,
di lingkungan keluarga, masyarakat, maupun di lingkungan sekolah. Bentuknya
juga sangat bermacam-macam, mulai dari membersihkan diri setiap hari,
membersihkan kelas, menata ruang kelas sehingga tampak indah dan nyaman. Bila
kita dapat mewujudkan kebersihan dan keindahan, maka kehidupan kita pasti
terasa lebih nyaman.
Hadits 2 :
1. Dalam
hadis yang kedua dinyatakan bahwa kebersihan merupakan sebagian dari iman.
Maksudnya adalah, keimanan seseorang akanmenjadi lengkap kalau dia dapat
menjaga kebersihan. Dengan kata lain, orang yang tidak dapat menjaga kebersihan
berarti keimanannya masih belum sempurna. Secara tidak langsung hadis ini
menandaskan bahwa kebersihan bagi umat Islam merupakan sesuatu yang sangat
penting untuk diterapkan.
2. Dalam
hadis mengenai kebersihan ini juga dirangkai dengan pernyataan Rasulullah
sebagai berikut
• Kebersihan
sebagian dari iman
• Berzikir
dengan membaca “Alhamdulillah” itu memenuhi mizan (timbangan) amal baik kelak
di hari kiamat.
• Berzikit
“Subhanallah walhamdulillah” pahalanya memenuhi kolong langit dan bumi.
• Shalat itu
cahaya bagi umat Islam
• Shadaqah
itu pelita bagi umat Islam
• Sabar itu
sinar bagi umat Islam
• Dan Al
Quran merupakan pedoman hidup umat Islam.
Rangkaian
hadits semacam ini secara tidak langsung juga sebagai isyarat bahwa menjaga
kebersihan adalah sangat penting dan utama sebagaimana keutamaan dari zikir,
shalat, shadaqah, dan sabar.
Hadits 3 :
1. Dalam
hadis yang ketiga ini Rasulullah saw sebenarnya ingin mewajibkan umat Islam
untuk selalu menggosok gigi setiap hendak shalat, karena memang menjaga
kebersihan gigi merupakan hal yang sangat penting. Namun beliau khawatir
jangan-jangan hal ini akan memberatkan umat Islam.
2. Kesehatan
gigi sangat berpengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan. Cara untuk menjaga
dan memelihara kesehatan gigi adalah dengan menggosoknya. Gigi yang kita miliki
mempunyai fungsi yang sangat banyak, diantaranya untuk melumatkan makanan dan
menjaga penampilan. Orang yang tidak rajin menggosok gigi akan berakibat
giginya tidak sehat. Gigi yang tidak sehat dapat mengakibatkan penyakit gigi
dan bau mulut yang tidak sedap. Kedua hal ini tentu tidak kita inginkan.
Bagaimana agar tidak terjadi? Tentu dengan rajin menggosok gigi.
Adapun
Hadits-Hadits tentang kebersihan yang Lainnya :
Hadits 1
اَلْاِسْلَامُ نَطِـيْفٌ فَتَـنَطَفُوْا فَاِنَـهُ
لايَدْخُلُ الْجَنَـةَ اِلانَطِيْفٌ (رواه البيهقى)
Artinya:
Islam itu
adalah bersih, maka jadilah kalian orang yang bersih. Sesungguhnya tidak masuk
surga kecuali orang-orang yang bersih (H.R. Baihaqi)
Hadits 2
إِنَّ اللَّهَ تَعَالى طَيِّبٌ يُحِبُّ الطَّيِّبَ نَظِيفٌ
يُحِبُّ النَّظَافَةَ كَرِيمٌ يُحِبُّ الْكَرَمَ جَوَادٌ يُحِبُّ
الْجُودَ فَنَظِّفُوا أَفْنِيَتَكُمْ (رواه التيرمدى:
2723)
Artinya:
Sesungguhnya
Allah swt. Itu baik, Dia menyukai kebaikan. Allah itu bersih, Dia menyukai
kebersihan. Allah itu mulia, Dia menyukai kemuliaan. Allah itu dermawan ia
menyukai kedermawanan maka bersihkanlah olehmu tempat-tempatmu. (H.R. at
–Tirmizi: 2723)
Kesimpulan
Dari hadits diatas sudah jelas perantaranya
bahwa sebagai umat islam kita harus menjaga kebersihan baik rohani dan jasmani
sesuai dengan apa yang tertera dalam Hadits dan Al-Quran.
Daftar Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar